Innal hamda lillah nahmaduhu wa nasta'inuhu wa nastaghfiruh, wa na'udzubillahi min syururi anfusina wa min sayyiati a'malina man yahdillah fala mudhilla lah wa man yudhlilhu fala haadiya lah" "Ya ayyuhalladzina amanut taqullaha haq qa tuqotihi wala tamutunna illa wa antum muslimun" di lanjutkan membaca dua kalimat syahadat BacaJuga: Ya Ayyuhalladzina Amanu Ittaqullaha Haqqa Tuqatih Wala Tamutunna Illa Wa Antum Muslimun, Kata Nasehat Islami. Surat Yasin Ayat 38 Arab Latin Arti dan Tafsirnya, Tentang Peredaran Matahari pada Tempanya Minggu, 24 September 2023 | 10:21 WIB. Terpopuler. 1. Innal hamda lillah nahmaduhu wa nasta'inuhu wa nastaghfiruh, wa na'udzubillahi min "Ya ayyuhalladzina amanuttaqullaha haqqa tuqotihi wala tamutunna illa wa antum muslimun" Makna Dan Arti Surah 72 Al-Jin Kaum Jin Versi Bahasa Inggris Dan Bahasa Melayu (The Meaning of Surah 72 Al-Jinn Bilingual Edition English And Malay) Ya ayyuha al-ladzina aamanuttaquu Allaha haqqa tuqaatihi, wala tamutunna illaa wa antum muslimun). Al-Ayah. Al-Ayah. Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam" . Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd Hỗ Trợ Nợ Xấu. “FALAA TAMUUTUNNA ILLAA WA ANTUM MUSLIMUUN”; MENEGASKAN KEMBALI IDENTITAS KEISLAMAN KITA ________ RISALAH IEDUL ADHHA 1439 H. Bersama Romly Qomaruddien, MA. Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Laa Ilaaha Illallaah, Wallaahu Akbar, Allaahu Akbar, Walillaahilhamd Ikhwaani fied diin a’azzakumullaah … Kita berkumpul di pagi yang cerah ini; diiringi sinar mentari dan disaksikan cahaya siang, seakan semua menjadi saksi betapa rendah dan hinanya kita di hadapan Pencipta yang Maha agung dan Maha perkasa. Patut disyukuri, atas kasih dan sayangnya Alloh azza wa jalla pula sampai saat ini kita semua berada dalam nikmat Iman, Islam dan Ihsan, yaitu kenikmatan hidup di bawah lindungan anugerah Alloh dengan bimbingan kehaniefan ajaranNya. Namun demikian, kenikmatan tersebut; damai dan sejahteranya kita di hari ini, bukanlah sesuatu yang bersifat spontanitas tanpa proses, melainkan proses panjang mengarungi samudera nan luas dengan segala tantangan dan rintangannya sehingga membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Perjuangan dan pengorbanan inilah sebagai bukti konkret yang diwariskan generasi pendahulu para nabi dan hawariyun-nya dalam mengantarkan Al-Islaam kepada kita. Oleh karenanya, marilah kita pandai mendulang hikmah dan belajar dari kejadian masa silam untuk sama-sama kita terapkan dalam kehidupan sekarang ini. Fa’tabiruu yaa ulil abshaar. Alloh azza wa jalla berfirman “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran [ibrah] bagi orang-orang yang memiliki akal pikiran” Yusuf/12 111 Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Laa Ilaaha Illallaah, Allaahu Akbar, Walillaahilhamd Saudara-saudara kaum Muslimien a’azzakumullaah Bulan Dzulhijjah, yang di dalamnya penuh dengan nuansa ibadah; dari amalan awwal bulan, shaum arafah, shalat iedul adhha, udhhiyyah dan manasik haji mengingatkan kita semua kepada sosok piawai yang patut kita jadikan teladan, karena hakikatnya apa yang kita lakukan hari ini sebagai sunnah Rasulullah shalallaahu alaihi wasallam merupakan ajaran millah sebelumnya, yaitu sunnah Ibrahim alaihis salaam dengan ajarannya al-hanifiyyah as-samhah, yaitu agama yang lurus dan lapang. Ibnu Katsier dalam Sa’id Hawwa, Al-Asaas fiet Tafsier, 1989 8, 3605. Walaupun demikian, kalangan Orientalis Barat yang phobia terhadap Islam semisal Gibb menuduhnya bahwa Muhammad sebagai pengecat agama atas tradisi bangsa Arab. Menurut Al-Buthy, ini merupakan tuduhan tak berdasar. Sa’ied Ramadhan al-Buthy, Sierah Nabawiyyah, 1990 1, 35. Sampainya ajaran tauhied kepada kita merupakan bukti keberhasilan sang pembawa ajaran, yaitu pemimpin yang memiliki keperibadian yang kuat dan karakter yang prima, sebagaimana Alloh gambarkan dalam ayat berikut “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang pemimpin yang dapat dijadikan teladan lagi patuh pada Alloh dan hanief, sekali-sekali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Alloh, selalu mensyukuri nikmat-nikmat Alloh. Alloh telah memilihnya dan menunjukkinya ke jalan yang lurus” QS. An-Nahl/16 120-121. Demikianlah nabiyullah Ibrahim alaihis salaam, yang dengan segala kebesaran dan kwalitas peribadinya bukanlah sekedar menjadikan dirinya terangkat sebagai kekasih Alloh [khalielullaah] dan bapak para nabi [abul anbiyaa], melainkan nama Ibrahim senantiasa disejajarkan dengan nama Muhammad shalallaahu alaihi wasallam dalam shalawatnya. Muslim, 1992 1, 191. Sementara kalangan ahlul kitab [Yahudi dan Nashrani] masa itu, telah mengklaim dan Ge-eR atas kebesaran nabiyullah Ibrahim dengan mengatakan bahwa dirinya seorang Yahudi atau Nashrani. [ Alu Imran/3 66], sehingga Alloh menjawab dalam ayatNya “Bukanlah Ibrahim itu seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nashrani, akan tetapi dia seorang yang hanief/ lurus lagi berserah diri kepada Alloh, dan sekali-kali dia bukanlah dari golongan orang-orang musyrik” Alu Imran/3 67. Ayat tersebut turun, menurut Ibnu Abbas radhiyallaahu anh berkenaan dengan berbantah-bantahannya dua orang pendeta [Yahudi dan Nashrani] Najran yang saling berebut claim akan kedudukkan nabiyullah Ibrahim. Muhammad Ali as-Shabuny, Shafwatut Tafaasier, tp. tahun 1, 207. Terlepas dari pertentangan mereka, semua sepakat bahwa Ibrahim tercatat sebagai orang bersih yang menyebabkan Alloh turunkan barakahNya kepada ummat sesudahnya. Segala harapan dan cita-cita serta do’anya dikabulkan Rabbul Aalamien, di antaranya Negeri Mekkah menjadi negeri yang aman, tentram dan penuh limpahan keberkahan. Bangunannya berupa ka’bah, tetap tegak menjadi perhatian ummat manusia sedunia. Anak keturunannya, menjadi orang-orang shalih, bahkan menjadi nabi-nabi pemimpin ummat manusia. Jejak langkah peribadatannya dijadikan anutan bagi generasi yang datang kemudian hingga akhir zaman. Prosesi perjalanan hidupnya menjadi tuntunan ibadah yang utama dalam manasik haji dan lain-lainnya. Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Laa Ilaaha Illallaah, Wallaahu Akbar, Allaahu Akbar, Walillaahilhamd Saudara-saudara kaum Muslimien a’azzakumullaah Merupakan sunnatullah, sebuah perjuangan dakwah senantiasa dihiasi ujian dan rintangan yang menghalangi keberhasilannya, termasuk menegakkan kalimat tauhied yang menjadi landasan aqidah dan ketundukkan serta kepasrahan terhadap Alloh semata sebagai identitas semenjak zaman para nabi terdahulu hingga sekarang ini dan akhir zaman. Oleh karenanya, semata-mata Alloh tidak akan bertanya tentang sebuah hasil dari kerja dakwah kita, melainkan Alloh bertanya tentang sebuah proses usaha dari amal dakwah kita selama ini dan Itulah fungsinya dakwah. Karenanya, sangatlah wajar apabila seorang Syaikh Muhammad Rasyid Ridha [ulama pembaharu Mesir] mengatakan “Laa Islaama illa bid da’wah, wa laa da’wata illaa bil hujjah, wa laa hujjata ma’a baqaait taqlied”. Untaian kalimat indah ini, sering kali dipetik oleh bapak-bapak Muslim kita [tokoh-tokoh Masyumi khususnya] yang apabila diartikan kurang lebih seperti ini “Islam tidak akan berdiri tegak kecuali dengan dakwah, dakwah pun tidak akan berdiri kokoh kecuali dengan hujjah dan hujjah pun akan sia-sia kalau ummatnya masih taqlid ngak mau berubah”. Lebih dari itu, dalam kondisi apa pun dakwah wajib ditegakkan, bahkan Rasulullah menyebut al-amru bil ma’ruuf wan nahyu anil munkar dan memberikan kedamaian kepada keluarga [tasliemuka alaa ahlika] sebagai tanda Islamnya seseorang setelah beliau merincikan rukun Islam yang lima. Khalid Abdurrahman al-Ak, Shafwatul Bayaan Li Ma’aanil Qur’aan, 1994 64. Dalam konteks gerakan dakwah, Syaikh Ali Abdul Halim Mahmud [ulama Al-Azhar Mesir] menegaskan “Al-amru bil ma’ruf dan an-nahyu anil munkar merupakan langkah penting dalam manhaj Islam untuk kehidupan. Manhaj Islam tidak akan tegak kecuali ummat menjadikannya aktivitas pokok dalam gerakannya”. Lihat Ma’al Aqiedah wal Harakah wal Manhaj Fie Khairi Ummah Ukhrijat Lin Naas, 1992 167. Kembali kepada Sierah Jihad Ibrahim dan keluarga besarnya, perjalanan tauhied tidak lepas dari gangguan gerakan perusak [destruktif, haddaamah] yang menebarkan fitnah melancarkan perang urat syaraf [ghazwul fikri] dengan berbagai strateginya; mulai dari perang ideologi, perang intelektual, perang istilah, perang media, sampai perang identitas yang mampu meluluh lantahkan tatanan ekolisosbudhankam suatu bangsa yang bermartabat sekalipun. Dengan ghazwul fikri, identitas Islam menjadi tidak jelas, maknanya kabur dan bias. Munculnya istilah-istilah dengan pengkotak-kotakkan Islam menjadi bukti hakiki betapa masifnya gerakan ini [di antaranya dimunculkannya benturan Islam Konservatif-Islam Progressif, Islam Puritan-Islam Toleran, Islam Fundamental-Islam Liberal, Islam Radikal-Islam Humanis, Islam Garis Keras-Islam Garis Lembut, Islam Intoleran-Islam Ramah Lingkungan, Islam Madzhab Cinta-Islam Amarah, Islam Tuhan-Islam Manusia dan Islam-Islam lainnya. Dan akhirnya muncullah istilah paling teranyar; “Islam Jalan Tengah” dan “Islam Benang Merah” dengan tafsiran masing-masing kepentingannya. Hal ini mengingatkan kita akan propaganda berhalaisme [watsaniyah] yang pernah digulirkan melalui dalang intelektualnya Amr bin Luhay bin Qam’ah bin Khandaf [nenek moyang Bani Khuza’ah] bersama kamerad-kamerad-nya berhasil mengelabui penganut ajaran Ibrahim untuk kembali kepada ajaran jahiliyyah. Komitmen untuk menyebarkan ajaran sesatnya dibuktikan dengan penuh semangat, kerja keras sehingga berhasil membawa berhala hubbal yang diminta dari negeri Syam dan dibawa ke Mekkah untuk dilestarikan sebagai ta’abbudi. Menurut Al-Maraghi menukil Ibnu Jarier dari Abu Hurairah radhiyallaahu anh bahwa Amr bin Luhay adalah orang yang pertama kali merusak agama Ismail; menggunting telinga unta dan mengeramatkan kambing atas nama kearifan lokal [local wisdom] tentunya. Karena sikap nativisme-nya itu, maka diperlihatkan pada Rasulullah bahwa Amr bin Luhay menyeret perutnya di neraka. Lihat Al-Buthy, 1990 1, 29. Lihat pula KH. E. Abdurrahman, Renungan Tarikh, 1993 308. Gerakan mereka mendapatkan dukungan hingga menjadi gerakan mapan [establish] yang mampu melibas gerakan hanief. Banyaknya dukungan itu, tidak sekedar membahayakan secara kwantitas, melainkan secara kwalitas pula sedikit demi sedikit menggeser nilai-nilai ketauhidan penganutnya sehingga terjadilah perubahan [tahrief] dan percampuran [iltibaas, mixing]; dari ajaran satu Tuhan [monotheisme] menjadi banyak Tuhan [polytheisme], dari tauhied menjadi syirik dan dari ajaran samawi menjadi ideologi iblis [diabolisme]. Dua atau banyak ajaran yang bertolak belakang dipaksa berbaur menjadi satu sehingga terjadinya “satu selera satu rasa”. Itulah sinkretisme ajaran-ajaran, penyatuan agama-agama [wihdatul adyaan, pluralisme agama] seperti halnya munculnya fenomena Komunitas Millah Abraham di negeri ini atau pun Abrahamic Faith di negara-negara Barat. Para ahli sierah mencatat, bahwa Bani Kinanah dan suku Quraisy sejak dulu telah mempopulerkan talbiyyah jahiliyyah-nya sebagai berikut “Aku sambut seruanMu ya Alloh, aku sambut seruanMu, tiada sekutu kecuali sekutu yang memang [pantas] bagiMu, yang Engkau dan dia miliki …”. Setelah talbiyyah ini, mereka membaca talbiyyah yang men-tauhidkanNya dan memasuki ka’bah dengan membawa berhala-berhala mereka. Al-Buthy, 1990 31. Dalam kondisi seperti inilah, sangat diharapkan munculnya tokoh-tokoh kritis seperti pemuda Ibrahim dengan membawakan missi utama untuk kembali ke pangkuan tauhied, yaitu kembali kepada orisinalitas ajaran agama sebagai identitas manusia ber-Tuhan. Oleh karenanya, bentuk perubahan apa pun [Reformation atau Revolution] tanpa dilandasi aqiedah yang kuat, cepat atau lambat menjadi hancur dan sia-sia belaka. Inilah sepenggal kisah sejarah, dialog pemuda Ibrahim dengan ayahandanya Azar yang melibatkan masyarakat dan penguasanya untuk mengajak mereka kembali ke jalan yang benar. Ibrahim berkata kepada ayahanda dan ummatnya ” … Berhala-berhala apakah ini yang kalian tekun beribadah kepadanya?”. Mereka menjawab “Kami mendapatkan bapak-bapak kami menyembahnya”. Ibrahim berkata “Sesungguhnya kamu dan nenek moyang kamu berada dalam kesesatan yang nyata”. Mereka menjawab “Apakah kamu Ibrahim, datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang yang bermain-main?” Ibrahim berkata “Sebenarnya, Tuhan kamu adalah Tuhan pencipta langit dan bumi, dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu. Demi Alloh, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu setelah kalian pergi meninggalkannya” Maka Ibrahim pun membuat berhala-berhala itu hancur berkeping-keping, kecuali berhala induknya. Mereka pun mulai bertanya “Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami?, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang aniaya”. Mereka pun menyebutkan “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim” Mereka menegaskannya “Kalau demikian, bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka dapat menyaksikan”. Mereka bertanya “Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami wahai Ibrahim?”. Ibrahim pun menjawab “sebenarnya berhala yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara”. Mereka telah kembali kepada kesadarannya, lalu berkata “Sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang menganiaya diri sendiri”. Kemudian kepala mereka tertunduk, lalu berkata “Sesungguhnya kamu hai Ibrahim telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara”. Ibrahim menjawab “Maka mengapakah kalian menyembah kepada selain Alloh, yang sesuatu tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak pula memberi madharat kepada kalian. Celakalah kalian, mengapa kalian menyembah sesuatu selain Alloh? Apakah kalian tidak berakal?” Demikianlah Alloh paparkan dalam bentangan ayatNya Al-Anbiya/ 21 52 – 57. Saudara-saudara kaum Muslimin a’azzakumullaah Itulah penggalan episode tentang kekritisan pemuda Ibrahim dalam menepis logika-logika sesat dan gagal fikir yang dituduhkan padanya, telah mampu dia jawab dengan cerdas dan ilmiah sehingga membuat murka Raja Namrudz dan jajaran kabinetnya. Kekalahan kekuatan logika Namrudz, tidak berarti sikap arogannya menjadi berkurang. Dengan menyembunyikan rasa malu dia pun mengeluarkan jurus barunya, yaitu “logika kekuatan”. Mereka pun menyeru ” … Bakarlah dia [Ibrahim], dan bantulah tuhan-tuhan kalian, jika kalian benar-benar akan melakukan tindakan”. Sepadan dengan amal jihadnya yang gigih, penuh dengan optimisme, peristiwa aneh kembali terjadi yang mengagetkan orang-orang musyrik itu dan sekaligus membuat mereka semakin geram dikarenakan kobaran api yang diharapkan dapat melumatkan jasadnya tak mampu membakar dan melukai kulitnya, bahkan rambutnya sekalipun. Dengan kekuasaanNya, Yang Maha agung menolong pembela ajaran agamanya dengan cara yang tidak mungkin manusia dapat melakukannya. Alloh azza wa jalla menyerukan pada api “Wahai api, menjadi dinginlah! … dan keselamatan bagi Ibrahim”. Lihat Al-Anbiya/ 21 68 – 69. Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Laa Ilaaha Illallaah, Wallaahu Akbar, Allaahu Akbar, Walillaahilhamd Saudara-saudara kaum Muslimin A’azzakumullaah Di sisi lain, militansi Ibrahim tidak cukup dinilai sosok tegar yang berkobar-kobar, sosok kritis yang berapi-rapi, dia pun seorang sosok yang berair-air, yaitu figur seorang bapak yang dapat membawa kesejukkan, kelembutan serta memberikan nasihat yang bijak sehingga kaderisasi tetap berjalan dan dapat melahirkan generasi-generasi unggulan yang diharapkan melanjutkan estafeta perjuangan dalam menegakkan da’wah ilallaah mengajak manusia ke jalan Islam. Lihat Al-Baqarah/ 2 132. Keberhasilan dakwahnya, tidak dapat dilepaskan dari dukungan para hawariyun, yakni anak-anaknya sendiri [Ismail dan Ishaq alaihimassalaam] yang mendapatkan sokongan para ibunda mereka Sayyidah Sarah dan Sayyidah Hajar serta anak cucunya yang setia mengibarkan panji tauhied sampai kemunculan Nabi akhir zaman Rasululloh Muhammad shalallaahu alaihi wasallam. Lihat Al-Baqarah/ 2 133 dan Alu Imran/ 3 68. Hal ini merupakan cerminan sebuah Gerakan Da’wah yang baik, adalah gerakan yang mendapatkan dukungan dari dalam dan mengakar dalam pengkaderan sehingga mampu melahirkan kesinambungan gerakan [ittishaalul haraky] yang berjalin dan berkelindan, saling mengisi dan melengkapi demi kokohnya bangunan nubuwwah. Rasululloh shalallaahu alaihi wasallam menuturkan “Perumpamaanku dengan para nabi sebelumku laksana seseorang yang tengah membangun sebuah gedung, lalu ia memperindah dan memperelok bangunan tersebut, kecuali satu tempat batu bata di salah satu pojoknya. Ketika orang-orang mengitarinya dengan penuh kagum, mereka pun berkomentar alangkah indahnya batu bata itu apabila diletakkan pada tempatnya. Akulah batu bata itu dan aku penutup para nabi” Bukhari dan Muslim dalam Musthafa Muhammad Amarah, Jawaahirul Bukhaari wa Syarhul Qasthalani, hlm. 213. Kesinambungan itu, merupakan buah yang dipetik dari rangkaian do’a Ibrahim alaihis salaam dalam memohon pada Alloh Jalla wa Alaa agar kiranya Alloh jadikan mereka, keluarga dan keturunannya menjadi orang-orang yang berserah diri kepadaNya, serta hidup di bawah aturan dan naungan maghfirahNya. Lihat Al-Baqarah/2 128. Maka Alloh pun mengabulkan permohonannya, berupa diutusnya seorang Rasul yang dapat menjalankan trifungsi kenabian; yakni memaparkan ayat-ayatNya [tilaawah], mengikis nilai-nilai jahiliyyah dengan pensucian jiwa [tazkiyah] dan mengajarkan mereka dengan bimbingan kitabullah dan hikmah/ sunnah [ta’liem]. Lihat Al-Baqarah/2 129, Alu Imran/3 164 dan Al-Jumu’ah/62 2. Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Laa Ilaaha Ilallaah, Wallaahu Akbar, Allaahu Akbar, Walillaahilhamd Saudara-saudara kaum Muslimin a’azzakumullaah Perjuangan nabiyullaah Ibrahim dan para pengikutnya memberikan dampak yang sangat berarti [atsar] bagi jalan juang berikutnya, di mana Rasulullah shalallaahu alaihi wasallam dengan penuh kesungguhan pula telah menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya dan mampu mengembalikan kevacuman aqiedah kepada pangkuan ajaran yang hanief, yakni Al-Islaam, karena pada dasarnya agama para nabi terdahulu adalah sama. Itulah rahasianya, mengapa Alloh Jalla wa Alaa menyebut para penganutnya dengan sebutan Al-Muslimien dan sangat mewanti-wantikan agar kita tidak mengakhiri hidup ini, melainkan dalam keadaan berserah diri. Falaa tamuutunna illaa wa antum muslimuun Lihat Al-Hajj/22 78 dan Al-Baqarah/2 132. Bahkan penamaan ini, menurut para mufassir telah tercamtum dalam kitab-kitab sebelum Al-Qur’an. Marwan Suwar, Mukhtashar at-Thabary, 1991 341. Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Laa Ilaaha Illallaah, Wallaahu Akbar, Allaahu Akbar, Walillaahilhamd Saudara-saudara kaum Muslimin a’azzakumullaah Dengan melihat kembali kepada bentangan ayat-ayat sejarah, juga diingatkan kembali dengan peristiwa demi peristiwa bulan mulia Dzulhijjah, semoga Alloh yang Maha gagah dan Maha perkasa semakin mengokohkan iman kita untuk diberikan kemampuan meluruskan dan meneguhkan hati kita dalam memegang teguh agamaNya, serta diberikan kemampuan untuk mengambil keteladanan sierah jihad Ibrahim dalam rangka merefleksikan kemenangan aqiedah dan mempertegas kembali identitas ke-Islaman kita. Aamiin ... _________ Penulis adalah Anggota Dewan Hisbah PP. Persatuan Islam Komisi Aqidah, Anggota Fatwa MIUMI Pusat Perwakilan Jawa Barat, Wakil Sekretaris KDK MUI Pusat, Ketua Bidang Ghazwul Fikri & Harakah Haddaamah Pusat Kajian Dewan Da’wah dan Ketua Prodi KPI STAIPI-UBA Jakarta Ittaqillah artinya – Seorang muslim yang rajin melaksanakan shalat Jumat tentu sudah tak asing dengan kata Ittaqillah atau ittaqullah pada saat khutbah berlangsung. Lalu apa yang disebut dengan ittaqillah atau ittaqullah? Simak ulasannya berikut ini. Kata-kata islami atau kalimat yang mengandung makna mendalam sering disampaikan pada momen khutbah shalat Jumat. Misalnya Amma Ba’du dan Ittaqullah. Keduanya sering kali dijumpai pada khutbah Jumat, karena memang keduanya memiliki arti yang bisa digunakan untuk khutbah sebagai kalimat pembuka atau penutup. Pada artikel kali ini akan dibahas tentang ittaqillah artinya atau arti dari kata ittaqullah. Arti dari kata tersebut ternyata mampu membuat seseorang bergetar dan menangis ketika mendengarnya. Seberapa dahsyat kah kata tersebut? Simak sampai selesai artikel ini. Ittaqillah Artinya adalah?Ittaqillah Artinya? Mampu Membuat Orang MenangisIttaqillah Artinya? Penjelasan Taqwa oleh Rasulullah SAWSurat At Taghabun Ayat 16 Tentang TaqwaYuk, Subscribe Sekarang Juga!Hikmah dari Arti IttaqullahRelated posts Sumber Kata Ittaqillah artinya adalah “Bertaqwalah kamu dengan sebenar-benarnya taqwa”. Kata tersebut yaitu ittaqullah yang terkandung dalam surat Ali Imran ayat 102. Allah SWT berfirman يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ Latin Ya ayyuhalladzina amanu ittaqu allaha haqqa tuqatih, wa la tamutunna illa wa antum muslimun. Artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” Ali Imran 102. Berdasarkan ayat tersebut dapat diketahui bahwa arti dari ittaqullah adalah taqwa yang sebenar-benarnya taqwa. Selain itu, kalimat ittaqullah juga memiliki makna keimanan yakni takutlah kepada Allah dan bertakwalah kepada-Nya. Ittaqillah Artinya? Mampu Membuat Orang Menangis Sumber Mengutip dari ittaqullah memiliki makna yang begitu dahsyat dan mampu membuat orang yang mendengarnya menangis. Hal itu disampaikan oleh Syekh Ali Jaber Almarhum, beliau mengatakan bahwa orang shalih terdahulu jika mendengar kata ittaqullah maka langsung bergetar hati mereka. Selain itu jika mereka mendengar sekali lagi kata ittaqullah, langsung menangis mereka sekalian. Tak hanya itu ketika mereka mendengar kata ittaqullah lagi, maka mereka akan merasa takut kepada Allah SWT. Oleh karena itu, kalimat pada ayat 102 surat Ali Imran memiliki makna yang begitu dalam sampai-sampai mampu membuat hati seseorang bergetar. Itulah yang disebut dengan taqwa, karena taqwa merupakan salah satu bentuk taat seorang hamba kepada Allah SWT. Ittaqillah Artinya? Penjelasan Taqwa oleh Rasulullah SAW Sumber Selain apa yang disampaikan oleh Syekh Ali Jaber Almarhum pada salah satu video di kanal YouTube, adapun penjelasan taqwa menurut Rasulullah. Rasulullah SAW menjelaskan orang yang taqwa dan benar-benar bertaqwa kepada Allah SWT maka mereka secara sadar bahwa apa yang telah terjadi pada dirinya atas kehendak Allah semata. Dan apa yang telah luput dari dirinya memang kehendak Allah pula dan takkan pernah mengenai dirinya. Seperti halnya yang dijelaskan oleh sahabat Nabi, Ali bin Abi Thalib dari Ibnu Abbas, yaitu orang yang benar-benar taqwa yaitu seperti jihad yang benar-benar jihad tanpa dipengaruhi apapun. Jadi ittaqillah artinya atau ittaqullah memiliki makna yang sangat luar biasa sehingga keimanan pun bisa diukur dari ketaqwaan seseorang kepada Allah SWT. Surat At Taghabun Ayat 16 Tentang Taqwa Sumber Penjelasan tentang taqwa tak hanya sampai di sana, Allah menurunkan surat At Taghabun ayat 16 yang menjelaskan tentang taqwa kepada Allah SWT. Yuk, Subscribe Sekarang Juga! Allah SWT berfirman فَاتَّقُوا اللّٰهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوْا وَاَطِيْعُوْا وَاَنْفِقُوْا خَيْرًا لِّاَنْفُسِكُمْۗ وَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ Artinya “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa dijaga dirinya dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Dari ayat tersebut dapat ditarik arti taqwa yaitu sesuai apa yang disanggupi. Dengan kata lain orang yang benar-benar taqwa adalah mereka yang sesuai dengan kemampuannya. Maka itulah yang disebut dengan taqwa yang sebenar-benarnya taqwa. Hikmah dari Arti Ittaqullah Sumber Apa yang sudah dijelaskan di atas bahwa ittaqillah artinya adalah taqwa dan takut kepada Allah. Jika Anda sudah menangis dan bergetar hati ketika mendengar kata tersebut maka bisa jadi Anda termasuk orang-orang yang bertaqwa. Dan ketaqwaan adalah sebuah hal yang berjalan pada kemampuan seseorang masing-masing. Sehingga itulah yang disebut dengan taqwa yang seutuhnya. Maka marilah bersama-sama agar selalu bertaqwa kepada Allah SWT agar mendapatkan pahala dan surganya Allah SWT. Demikianlah pembahasan mengenai ittaqillah artinya dan makna yang ada di dalamnya semoga bermanfaat untuk Anda. Jika ingin membaca quote motivasi lainnya, silahkan kunjungi situs Blog Evermos. Jika Anda ingin memiliki usaha tanpa memerlukan modal, caranya mudah banget. SIlahkan bergabung menjadi reseller Evermos dan dapatkan keuntungannya. Klik di bawah ya untuk bergabung. YUK, GABUNG DISINI! Related posts Uploaded byAzzam Ubaidillah 0% found this document useful 0 votes10 views2 pagesOriginal Titlekhutbah jumat2021Copyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes10 views2 pagesKhutbah Jumat2021Original Titlekhutbah jumat2021Uploaded byAzzam Ubaidillah Full descriptionJump to Page You are on page 1of 2Search inside document You're Reading a Free Preview Page 2 is not shown in this preview. Buy the Full Version Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.

arti wala tamutunna illa wa antum muslimun